Kamis, 02 Agustus 2012

Memandu masyarakat Rote untuk siap siaga menghadapi bencana

Apa yang dimimpikan oleh para remaja saat ini? Ketika pertanyaan itu saya berikan pada seorang anak remaja, dan ketika itu pula saya mendapatkan jawaban berupa rasa ingin bertemu langsung dengan Igo Idol 2010. Pertanyaan lanjutan saya berikan. Kenapa ingin bertemu Igo Idol? Jawabannya adalah karena Igo memiliki paras yang tampan, murah senyum, ramah dan dia adalah Idol. Keinginan anak remaja tadi, mungkin juga dirasakan oleh sebagian besar para remaja yang ingin bertemu idola mereka. Rasa seperti ini juga yang ditangkap oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT ketika merencanakan melakukan sosialisasi kesiap siagaan menghadapi bencana pada masyarakat Rote. Oleh karena itu, DKP NTT mengundang Igo Idol 2010 sebagai 'magnet' untuk mendatangkan masyarakat.


Ketika saya diminta untuk menjadi salah satu narasumber, saya langsung menyanggupi. Alasan saya pada waktu menerima tawaran itu adalah pertama bahwa saya bisa melakukan salah satu dharma perguruan tinggi sebagai seorang dosen (pengabdian pada masyarakat), kedua- saya bisa memberikan sedikit ketrampilan tentang penanggulangan bencana, ketiga-saya bisa mengajarkan pentingnya kesiap-siagaan menghadapi bencana pada Igo, sang Idol 2010 yang dielu-elukan para remaja. Kami (saya, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, dan Igo serta bank pengiring), menuju ke Pulau Rote dengan menggunakan Kapal Cepat Baruna Express, pada tanggal 28 Juli 2012.

Perjalanan menuju Pulau Rote kami tempuh selama 1 jam 45 menit. Setibanya di Pulau Rote, saya mempersiapkan bahan untuk sosialisasi. Kegiatan sosialisasi dimulai pada pukul 20:00 wita. Sambil menunggu acara pembukaan, masyarakat Kota Ba'a Rote telah berdatangan di lapangan tempat sosilasiasi digelar. Masyarakat yang didominasi para remaja, terlihat tidak sabar menunggu kedatangan sang idola mereka. Sejauh mata memandang, tertangkap oleh mata saya, para remaja hampir tidak ada yang tidak menggenggap mobile phon dan kamera. Mereka sengaja mempersiapkan peralatan penggambil gambar untuk mengabadikan secara langsung Igo Idol 2010.

Sambil menunggu acara pembukaan, beberapa film berkaitan dengan mitigasi bencana diputar untuk mengusir kejenuhan masyarakat. Sesaat setelah pemutaran film berlangsung, teriakan histeris para remaja meledak dan sudah dapat dipastikan itu terjadi karena Igo sudah berada di depan mata. Igo yang selama ini mereka lihat di layar kaca, sekarang berada di depan mata. Para petugas terlihat kewalahan menghalangi para penonton untuk tidak mendekati sang idola yang katanya demi keamanan. Pada saat yang sama, saya sedang berpikir bagaimana cara yang tepat agar pamor narasumber tidak kalah dari sang idola, apa yang harus saya katakan agar semua materi saya mengalir sebagaimana aliran rekaman pengalaman bertemu sang idola. Setletal Igo menyanyikan lagu yang ketiga, momen selanjutnya adalah giliran saya membawakan materi tentang mitigasi bencana berbasis masyarakat.

Secepat kilat terlintas di dalam benak saya untuk mengubah teknik presentasi menjadi dialog interaktif dan mendekati para pengunjung. Presentasi saya, saya awali dengan bertanya, ketika ada peringatan akan terjadi tsunami, maka pilih Igo atau pilih pohon? Jawaban yang saya dapatkan sangat bervariasi, sebagian mengatakan memilih Igo dan sebagian lagi mengatakan memilih pohon. Secara sederhana, bencana tidak dapat kita hindari, dan terkadang juga tidak kita sadari tanda-tanda yang menyertainya, ketika bencana terjadi akan ada kehi|angan nyawa-harta-lapangan usaha, masyarakatlah yang langsung berhadapan dengan bencana dan juga merasakan dampaknya setelah bencana berlalu. inti dari mitigasi bencana adalah menekan sekecil mungkin kehilangan nyawa-usaha-tempat usaha, bertahan dan dapat pulih kembali ketika bencana telah berlalu.

Apa yang selanjutnya harus kita lakukan guna meningkatkan kesiap-siagaan menghadapi bencana:
  1. Semua komponen masyarakat secara bersama-sama mengidentifikasi bencana apa saja yang pernah terjadi, dan yang kemungkinan akan terjadi, serta bagaimana keadaan setelah bencana terjadi.
  2. Menetapkan tempat yang dirasa cukup aman sebagai tempat berlindung pada saat bencana terjadi, dan lokasi tersebut diketahui oleh semua masyarakat.
  3. Menetapkan jalur evakuasi atau jalur yang digunakan untuk mencapai tempat berlindung.
  4. Menetapkan tanda-tanda peringatan adanya bencana
  5. Membentuk kelompok siap siaga bencana
  6. Melakukan latihan tanggap bencana (gempa, banjir, tsunami)
Dengan upaya mitigasi, diharapkan masyarakat siap menghadapi bencana yang mungkin akan terjadi di Pulau Rote.

Perjalanan menuju Pulau Rote
Menikmati terpaan angin laut
Igo mengiringi sosialisasi
Dialog interaktif tentang mitigasi bencana
Simulasi menghadapi tsunami
Igo sang idola
Pelabuhan Ba'a Rote
Igo Idol 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...